Mengenal Lupus Nefritis, Komplikasi Serius dari Penyakit Lupus

Oleh Tim RS Pondok Indah

Senin, 21 April 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Lupus nefritis adalah salah satu komplikasi serius akibat penyakit lupus. Kondisi ini sering kali berkembang perlahan, dan baru diketahui setelah terjadi gagal ginjal.

Mengenal Lupus Nefritis, Komplikasi Serius dari Penyakit Lupus

Lupus adalah penyakit autoimun kronis yang bisa menyerang hampir seluruh organ tubuh, termasuk ginjal. Saat sistem imun menyerang sel dan jaringan ginjal yang sehat, terjadilah peradangan yang dikenal sebagai lupus nefritis. Kondisi ini perlu ditangani dengan serius, karena bila diabaikan, kondisi ini berisiko mengganggu fungsi ginjal secara permanen yang juga dikenal sebagai gagal ginjal.


Apa Itu Lupus Nefritis?

Lupus nefritis adalah salah satu komplikasi serius dari penyakit systemic lupus erythematosus (SLE), di mana sistem kekebalan tubuh menyerang ginjal dan menyebabkan peradangan.


Peradangan ini dapat merusak fungsi ginjal, sehingga ginjal kesulitan menyaring limbah dari sel darah secara optimal. Jika tidak ditangani dengan tepat, lupus nefritis bisa berkembang menjadi gagal ginjal, terutama bila diderita oleh anak-anak.


Baca juga: Lupus, Penyakit dengan Seribu Wajah



Gejala Lupus Nefritis

Gejala lupus nefritis bisa berkembang secara bertahap dan sering kali tidak langsung dirasakan oleh penderitanya, hingga fungsi ginjal terganggu. Kondisi ini umumnya mulai muncul sekitar lima tahun setelah lupus pertama kali terdiagnosis.


Beberapa tanda lupus nefritis yang sering dikeluhkan, yaitu:


  • Pembengkakan pada wajah, tangan, kaki, atau pergelangan kaki akibat penumpukan cairan
  • Urine berbusa atau berwarna gelap, tanda adanya protein atau darah dalam urin
  • Frekuensi buang air kecil berubah, bisa lebih sering, terutama di malam hari, yang bisa juga berkurang saat fungsi ginjal sudah terganggu
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi) akibat gangguan fungsi ginjal
  • Kelelahan ekstrem karena tubuh tidak mampu membuang limbah yang dibawa sel darah dengan optimal
  • Berat badan bertambah tiba-tiba
  • Nyeri sendi dan otot tanpa sebab yang jelas


Baca juga: Waspadai Penyakit Ginjal Diabetes yang Mengancam


Penyebab Lupus Nefritis

Lupus nefritis disebabkan oleh respons abnormal dari sistem kekebalan tubuh. Pada penderita lupus, sistem imun yang seharusnya melindungi tubuh justru menyerang jaringan sehat, termasuk jaringan ginjal. Ketika antibodi menyerang ginjal, hal ini memicu peradangan dan merusak struktur penyaring yang ada dalam ginjal.


Meskipun penyebab pasti mengapa lupus bisa memengaruhi ginjal belum sepenuhnya dipahami, proses peradangan autoimun inilah yang menjadi penyebab rusaknya ginjal.


Baca juga: Bisakah Penderita Lupus Sembuh? Pengobatan Lupus untuk Menunda Keparahannya


Faktor Risiko Lupus Nefritis

Meski siapa pun yang menderita lupus bisa mengalami komplikasi lupus nefritis, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risikonya, antara lain:


  • Berjenis kelamin perempuan, tetapi kemungkinan perburukan lebih parah pada laki-laki
  • Memiliki riwayat keluarga yang juga menderita lupus
  • Diagnosis lupus ditegakkan saat usia muda, terutama saat masih anak-anak
  • Mengalami pleuritis (radang selaput paru) dan perikarditis (radang selaput jantung)


Kapan Harus ke Dokter?

Segera periksakan diri ke dokter spesialis penyakit dcalam jika Anda sebelumnya telah terdiagnosis menderita lupus eritematosus sistematik dan mulai mengalami tanda-tanda gangguan ginjal, seperti:


  • Sulit buang air kecil, jarang kencing, atau urine sedikit
  • Urine berbusa atau BAK berdarah
  • Pembengkakan pada kaki atau wajah
  • Tekanan darah meningkat
  • Kelelahan meski tidak banyak beraktivitas
  • Kulit gatal-gatal


Baca juga: Periksa Ginjal ke Dokter Apa?



Diagnosis Lupus Nefritis

Diagnosis lupus nefritis dapat ditegakkan oleh dokter spesialis penyakit dalam berdasarkan riwayat medis sebelumnya, pemeriksaan fisik, dan evaluasi gejala yang dialami pasien lupus.


Selain itu, dokter juga dapat melakukan beberapa pemeriksaan penunjang. Berikut ini adalah beberapa tes yang umum dilakukan mendiagnosis lupus nefritis meliputi:


  • Tes darah, untuk menilai kadar protein abnormal yang diproduksi oleh sistem imun
  • Pemeriksaan urin atau urinalisis, untuk menilai kesehatan ginjal maupun kerusakan pada organ ini, termasuk mendeteksi protein dalam urine
  • Tes laboratorium untuk menilai fungsi ginjal, seperti kadar kreatinin dan eGFR (estimated glomerular filtration rate)
  • Biopsi ginjal, yaitu pengambilan sampel jaringan ginjal untuk diperiksa di bawah mikroskop, guna memastikan terjadinya gagal ginjal akibat proses peradangan


Baca juga: Pemeriksaan Ginjal: Cara Mengetahui Ginjal Sehat dan Mencegah Penyakit


Penanganan Lupus Nefritis

Penanganan lupus nefritis bertujuan untuk meredakan peradangan, mempertahankan fungsi ginjal, dan mencegah komplikasi. Pengobatan biasanya disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit dan kondisi umum pasien.


Beberapa pendekatan yang umum dilakukan meliputi:


  • Pemberian obat-obatan, seperti obat kortikosteroid, obat imunosupresif, obat penurun tekanan darah, dan obat antiperadangan.
  • Perubahan gaya hidup, seperti diet rendah garam, mengurangi konsumsi protein, berhenti merokok, dan menjaga berat badan ideal.


Komplikasi Lupus Nefritis

Jika tidak ditangani dengan tepat, lupus nefritis bisa menimbulkan berbagai komplikasi, seperti:


  • Hipertensi
  • Gagal ginjal
  • Peningkatan risiko terkena kanker, terutama limfoma sel B
  • Penyakit jantung dan pembuluh darah


Baca juga: Hindari Penyakit Ginjal Kronis


Pencegahan Lupus Nefritis

Jika Anda merupakan penderita lupus, ada langkah-langkah penting yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko lupus menyerang ginjal:


  • Rutin kontrol ke dokter dan konsumsi obat yang diresepkan
  • Pantau fungsi ginjal secara berkala, termasuk tes darah dan tes urin
  • Hindari pemicu kekambuhan gejala, seperti stres berat, infeksi, atau paparan sinar matahari berlebih
  • Jaga tekanan darah tetap normal dengan cara menjalani pola hidup sehat
  • Cukup istirahat dan jaga pola makan sehat, terutama rendah garam dan protein


Penderita lupus nefritis memerlukan pemantauan jangka panjang agar kondisi ini tidak berkembang menjadi komplikasi yang lebih berat. Oleh karena itu, lakukan kontrol rutin dengan dokter spesialis penyakit dalam di RS Pondok Indah cabang terdekat.


Dengan kontrol rutin, dokter dapat menyesuaikan pengobatan, memantau fungsi ginjal, dan mendeteksi kemungkinan adanya komplikasi dengan lebih dini. Sehingga lupus nefritis pun bisa dicegah.


Baca juga: Kenali Gagal Ginjal Akut Sedini Mungkin untuk Pemulihan yang Optimal



FAQ


Seberapa Cepat Nefritis Lupus Berkembang?

Perkembangan nefritis lupus dapat bervariasi, tergantung kondisi masing-masing individu. Beberapa individu mungkin mulai mengalami kondisi ini beberapa bulan setelah terdiagnosis lupus. Namun, kebanyakan kasus ini tidak muncul hingga bertahun-tahun kemudian.


Kunci utama dalam mencegah terjadinya lupus nefritis adalah kontrol dan pengobatan rutin ke dokter spesialis penyakit dalam.


Apakah Pasien Lupus Nefritis Harus Cuci Darah?

Tidak semua pasien lupus nefritis memerlukan cuci darah. Prosedur cuci darah, atau hemodialisis, hanya diperlukan ketika ginjal sudah tidak berfungsi dengan baik.


Bila lupus nefritis dideteksi sejak dini, dokter dapat merekomendasikan pengobatan untuk memperbaiki fungsi ginjal dan mencegah kondisi jadi lebih parah. Dengan begitu, risiko pasien memerlukan cuci darah juga bisa dikurangi.


Apakah Penyakit Lupus Nefritis Dapat Disembuhkan?

Sayangnya, lupus nefritis belum bisa disembuhkan. Namun, komplikasi penyakit autoimun ini dapat dicegah melalui perawatan yang tepat. Pemberian obat-obatan, penerapan pola hidup sehat, dan pemeriksaan rutin dengan dokter spesialis penyakit dalam akan mengendalikan kondisi ini serta mencegah komplikasi lebih lanjut.


Berapa Harapan Hidup Seseorang dengan Lupus Nefritis?

Harapan hidup bagi seseorang dengan lupus nefritis bervariasi tergantung pada banyak faktor, termasuk tingkat keparahan penyakit dan respons terhadap pengobatan. Bila kondisi ini dideteksi dan diobati tepat waktu, pasien dapat memiliki harapan hidup yang normal atau mendekati normal.


Makanan Apa yang Harus Dihindari Penderita Lupus Nefritis?

Penderita lupus nefritis sebaiknya menghindari makanan tinggi garam, seperti junk food, karena dapat meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan beban kerja ginjal. Selain itu, makanan tinggi protein, minuman beralkohol, dan kafein juga sebaiknya dihindari, karena dapat menambah beban kerja ginjal.




Referensi:

  1. Avasare, R., Drexler, Y., et al. Management of Lupus Nephritis: New Treatments and Updated Guidelines. Kidney360. 2023.
  2. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10617804/). Diakses pada 15 April 2025.
  3. Banos, A. & Bertsias, G. Flares in Lupus Nephritis: Risk Factors and Strategies for Their Prevention. Current Rheumatology Reports. 2023.
  4. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10504124/). Diakses pada 15 April 2025.
  5. Shin, J. M., Kim, D., et al. Clinical and genetic risk factors associated with the presence of lupus nephritis. Journal of Rheumatic Diseases.
  6. (https://www.jrd.or.kr/journal/view.html?doi=10.4078/jrd.2021.28.3.150). Diakses pada 15 April 2025.
  7. National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases. Living With Lupus: Health Information Basics for You and Your Family.
  8. (https://www.niams.nih.gov/community-outreach-initiative/understanding-joint-health/living-with-lupus). Direvisi terakhir Juli 2023. Diakses pada 15 April 2025.
  9. Cleveland Clinic. Lupus Nephritis.
  10. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21809-lupus-nephritis). Direvisi terakhir 9 September 2021. Diakses pada 15 April 2025.
  11. Mayo Clinic. Lupus Nephritis.
  12. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lupus-nephritis/symptoms-causes/syc-20354335). Direvisi terakhir 31 Januari 2025. Diakses pada 15 April 2025.
  13. Mayo Clinic. Lupus.
  14. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lupus/symptoms-causes/syc-20365789). Direvisi terakhir 21 Oktober 2022. Diakses pada 15 April 2025.