Obesitas pada anak bukan hanya soal penampilan, tapi ancaman kesehatan yang bisa menghambat tumbuh kembang mereka. Waspadai kelebihan berat badan pada si kecil.
Obesitas merupakan kondisi medis di mana seseorang memiliki lemak tubuh yang melebihi batas normal. Obesitas terbagi menjadi dua, yaitu obesitas primer dan obesitas sekunder. Obesitas primer disebabkan oleh pola hidup bukan penyakit atau kelainan genetik. Kondisi ini umumnya dipicu oleh asupan kalori berlebih serta kurangnya aktivitas fisik. Sementara obesitas sekunder disebabkan oleh kondisi medis atau penggunaan obat-obatan tertentu.
Data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2023 menyatakan bahwa terdapat 9,2 persen anak usia 5-12 tahun berstatus obesitas dan 10,8 persen anak pada usia yang sama berstatus overweight. Jadi, sekitar 1 dari 5 anak Indonesia mengalami kelebihan berat badan.
Asupan gula yang berlebihan merupakan salah satu penyebab tingginya kasus obesitas pada anak di Indonesia. Gula merupakan sumber kalori yang jika dikonsumsi secara berlebihan, jumlahnya dapat melebihi kebutuhan tubuh dan disimpan sebagai lemak, hingga menyebabkan obesitas. Oleh karena itu, asupan gula harus dipantau dengan cermat agar si kecil terhindar dari risiko obesitas.
Makanan dan minuman manis memang memiliki daya tarik tersendiri bagi anak-anak. Selain memberikan sensasi nikmat di lidah, rasa manis juga merangsang otak untuk melepaskan zat kimia bernama serotonin dan dopamin. Kedua zat tersebut mampu meningkatkan suasana hati sehingga memicu perasaan bahagia. Tak jarang rasa manis menjadi candu bagi si kecil. Hal ini berisiko mengurangi keinginan untuk mengonsumsi makanan utama yang tinggi akan kandungan protein dan lemak baik.
Orang tua harus dapat lebih selektif dalam memilih makanan dan minuman untuk si kecil. Batasan asupan gula bagi anak-anak adalah sebanyak 5-10 persen dari total kalori yang dibutuhkan. Sebagai contoh, anak berusia 1 tahun membutuhkan kalori sebanyak 1.000 kkal, maka gula tambahan yang maksimal dikonsumsi adalah 50-100 kkal per hari (atau setara dengan 12.5-25 gram, atau 2,5-5 sendok teh).
Perhatikan kandungan setiap makanan dan minuman, terutama dalam kemasan yang memiliki label fakta nutrisi (nutrition facts label). Jika mengandung sukrosa atau high fructose corn syrup, maka makanan atau minuman tersebut termasuk jenis yang mengandung gula tambahan dan tidak disarankan untuk dikonsumsi si kecil. Selain itu, sebaiknya tunda mengenalkan si kecil kepada makanan dan minuman yang hanya mengandung gula seperti permen, cokelat, teh manis, dan sebagainya.
Asupan gula tetap dibutuhkan oleh tubuh. Namun pastikan gula yang dikonsumsi si kecil merupakan gula alami yang didapatkan dari karbohidrat kompleks, seperti nasi, kentang, ubi, dan lain-lain. Jenis makanan tersebut dapat dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan masing-masing usia. Selain nasi, kentang, dan ubi, buah (mengandung fruktosa) dan susu (full cream tanpa gula sukrosa, mengandung laktosa) juga mengandung gula alami.
Baca juga: Mengatasi Obesitas pada Anak
Mengetahui kadar gula darah anak merupakan hal yang penting, salah satunya dilakukan dengan memerhatikan fisik si kecil. Bukan hanya kelebihan kelebihan berat badan, tanda fisik yang menunjukkan adanya kelebihan gula sehingga tubuh tidak dapat merespon insulin dengan baik (resistensi insulin) adalah munculnya "daki" di leher dan lipat ketiak atau lipat tubuh lainnya. Dalam medis, kondisi ini disebut sebagai acanthosis nigricans.
Selain dilihat dari tanda fisik, kelebihan asupan gula dapat diketahui dari pemeriksaan kadar gula darah dengan berbagai parameter, antara lain:
Waspada jika si kecil memiliki kadar gula darah yang tinggi. Dampak jangka pendek dari asupan gula berlebih adalah kegemukan. Kondisi ini dapat berlanjut menjadi diabetes melitus (kencing manis) atau penyakit sindrom metabolik lainnya yang ditandai dengan hipertrigliseridemia (kagar trigliserida tinggi), hiperkolesterolemia (kadar kolesterol tinggi), hipertensi (kadar tekanan darah tinggi), serta ukuran lingkar perut di atas normal.
Penyakit lain yang berisiko menyerang anak dengan kondisi obesitas antara lain:
Baca juga: Bagaimana Mencegah Obesitas pada Anak?
Mencegah obesitas pada anak dapat dimulai dengan memberi asupan makanan yang sesuai dengan angka kebutuhan gizinya. Kelebihan asupan kalori, terutama dari makanan tinggi lemak dan gula, dapat mengakibatkan penumpukan lemak dan berisiko menyebabkan obesitas. Angka kecukupan gizi harian anak bervariasi sesuai dengan usianya. Misalnya bayi berusia 6-11 bulan memiliki kebutuhan protein, lemak, karbohidrat, serat, dan air yang berbeda dengan anak usia 4-6 tahun. Begitu pula pada kelompok usia lainnya. Terkait hal ini, Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan anjuran khusus untuk setiap kelompok usia, menyesuaikan sejumlah faktor seperti aktivitas dan kondisi kesehatan.
Pemenuhan kebutuhan gizi bayi 0-5 bulan bersumber dari pemberian ASI Eksklusif
Sumber: PMK No. 28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk masyarakat Indonesia
Selain itu, Anda dapat melakukan beberapa hal berikut untuk mengurangi konsumsi gula dan mencegah obesitas anak, antara lain:
Jika si kecil sudah mengalami obesitas atau menunjukkan tanda fisik kelebihan asupan gula, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter spesialis anak subspesialis kesehatan anak nutrisi dan penyakit metabolik untuk mendapatkan rancangan pola makan yang sesuai dengan kebutuhan kecukupan gizi hariannya agar si kecil tetap dapat tumbuh optimal tanpa harus menjalani diet yang ketat.