Oleh Tim RS Pondok Indah
Perkembangan anak down syndrome sedikit berbeda dengan anak lain seusianya. Ketahui perkembangan anak down syndrome dan upaya yang perlu orang tua lakukan di sini!
Down syndrome adalah kondisi kelainan genetik yang terjadi ketika seorang anak terlahir dengan memiliki kelebihan kromosom 21. Akibatnya, penderita sindrom Down akan mengalami perkembangan fisik, intelektual, dan kesehatan yang lebih lambat dibandingkan dengan anak lain seusianya.
Anak yang terlahir dengan down syndrome umumnya memiliki ciri fisik yang khas, antara lain wajah datar dengan hidung kecil dan tulang hidung yang datar, mata sipit seperti bentuk almond, leher pendek, lidah sering menjulur, telinga kecil, tangan dan jari lebih pendek, serta persendian yang lebih lentur.
Selain itu, perkembangan kognitif, bahasa, intelektual, dan emosionalnya cenderung terlambat atau tidak sesuai dengan usianya.
Tahap perkembangan anak dengan down syndrome tentu akan berbeda dengan anak seusianya. Umumnya, perkembangan bayi down syndrome cenderung lebih lambat karena adanya gangguan pada banyak aspek, seperti kognitif, bahasa, intelektual, sampai daya tahan tubuhnya. Jadi jangan memaksakan buah hati untuk memiliki tumbuh kembang yang sama dengan anak seusianya.
Untuk memahami perkembangan buah hati, berikut ini adalah beberapa tahapan yang perlu Anda ketahui:
Baca juga: Ketika Pertahanan Tubuh Anak Kurang Optimal
Baca juga: Perkembangan Bayi Prematur yang Perlu Dipahami Orang Tua
Meski tumbuh kembang anak down syndrome lebih lambat dibandingkan anak yang lain, Anda bisa mendukung tumbuh kembang buah hati dengan memberikan stimulasi yang sesuai.
Berikut ini adalah beberapa tips yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak down syndrome, yaitu:
Down syndrome memang tidak bisa dicegah. Jadi, bila Anda atau pasangan memiliki riwayat keluarga yang mengalami down syndrome dan berniat untuk memiliki keturunan dalam waktu dekat, sangat dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan. Dokter akan melakukan evaluasi dan saran yang sesuai sebagai upaya pencegahan mengandung anak dengan Down syndrome.
Menjadi orang tua dari anak dengan Down syndrome memmerlukan kesabaran dan perhatian yang lebih. Sebab dukungan dan perawatan, serta kasih sayang dari Anda dan pasangan akan sangat berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak.
Untuk memastikan tumbuh kembang buah hati sesuai dengan seharusnya, jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan ke Dokter Spesialis Anak di RS Pondok Indah cabang terdekat.
Melalui pemeriksaan, dokter bisa mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang mungkin akan dialami oleh anak Down syndrome, mengingat daya tahan tubuhnya cenderung lemah karena adanya gangguan pada beberapa bagian di tubuhnya.
Baca juga: Jenis-Jenis Vaksin Anak untuk Kesehatan Si Buah Hati
Anak penderita dengan sindrom down umumnya mulai berbicara pada usia 2 hingga 4 tahun. Sebab, anak dengan down syndrome biasanya memiliki kesulitan memproses tata bahasa dan memahami informasi dibandingkan dengan anak-anak tanpa kondisi tersebut. Hal inilah yang menyebabkan mereka mengalami keterlambatan berbahasa.
Namun, perlu diingat bahwa kemampuan bicara masing-masing anak berbeda-beda, tergantung kondisi individu, dukungan keluarga, dan intervensi atau terapi yang diterima. Terapi wicara dan dukungan yang tepat dapat membantu mempercepat proses belajar bahasa pada penderita down syndrome.
Bayi dengan sindrom down biasanya mulai mengoceh atau babbling sekitar usia 9 hingga 12 bulan. Selama fase ini, bayi akan bereksperimen dengan suara, nada, dan intonasi.
Anak dengan sindrom down biasanya mulai berjalan antara usia 1 hingga 4 tahun, cenderung lebih lambat dibandingkan anak-anak pada biasanya. Dukungan yang tepat dan terapi fisik dapat mempercepat keterampilan motorik anak untuk berkembang.
Kebanyakan anak dengan sindrom down cenderung aktif bergerak, meskipun tingkat aktivitasnya dapat bervariasi. Beberapa mungkin menunjukkan minat yang tinggi dalam bermain dan beraktivitas fisik, sementara yang lain mungkin lebih pendiam.
Dukungan dari orang tua dan keterlibatan dalam kegiatan bermain yang menyenangkan dapat mendorong anak untuk lebih banyak bergerak dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Referensi: