Seputar TBC, Gejala, Penyebab, Pengobatan, dan Pencegahan

Oleh Tim RS Pondok Indah

Selasa, 25 Maret 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

TBC (tuberkulosis) adalah penyakit infeksi dengan gejala berupa batuk lebih dari 2 minggu yang biasanya berdarah dan penurunan berat badan tanpa direncanakan.

Seputar TBC, Gejala, Penyebab, Pengobatan, dan Pencegahan

Tuberkulosis atau TBC merupakan penyakit infeksi, yang kebanyakan terjadi, pada paru-paru. Penyakit akibat infeksi bakteri ini mudah menular melalui udara, tepatnya melalui droplets ketika penderita TBC sedang batuk atau bersin, maupun berbicara.


Di Indonesia sendiri, diperkirakan ada lebih dari satu juta kasus TBC per tahunnya. Padahal, kondisi ini bisa dicegah dan disembuhkan jika cepat ditangani serta penderitanya konsisten menjalani pengobatan hingga dinyatakan sembuh. 


Apa Itu TBC?

Penyakit TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Gejala yang paling umum dari TBC adalah batuk yang tak kunjung sembuh, lebih dari 2 minggu, meski sudah mengonsumsi obat batuk. Selain menyerang paru-paru, penyakit ini juga bisa menyebar ke organ tubuh lainnya, seperti tulang, ginjal, otak, dan kelenjar getah bening.     


TBC terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:


  • TBC aktif, yang dapat menimbulkan gejala dan bisa menularkan ke orang lain
  • TBC laten, yang tidak menimbulkan gejala dan tidak menular


Meskipun menderita TBC laten, infeksi ini berubah menjadi aktif ketika sistem kekebalan tubuh penderitanya sedang lemah. 


Baca juga: Cari Tahu Penyebab PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis), Gejala, dan Cara Mengobatinya



Gejala TBC 

Munculnya gejala TBC tergantung pada jenis penyakitnya. Pada penderita TBC laten, gejala fisik tidak akan muncul, tetapi tes TB akan menunjukkan hasil yang positif. Sedangkan mereka yang menderita penyakit TBC aktif bisa saja mengalami beberapa gejala TBC yang meliputi: 


  • Batuk yang tidak membaik lebih dari 2 minggu 
  • Batuk berdarah 
  • Demam ringan yang sering muncul, terutama di sore atau malam hari 
  • Berkeringat di malam hari tanpa sebab yang jelas
  • Berat badan turun drastis tanpa direncanakan
  • Kehilangan nafsu makan
  • Sesak napas atau nyeri dada
  • Mudah lelah meski tidak melakukan aktivitas yang berat


Baca juga: Menjaga Kesehatan Pernapasan


Penyebab TBC 

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, TBC disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penularan penyakit ini terjadi apabila seseorang menghirup droplet penderita TBC yang dikeluarkan saat mereka batuk, bersin, atau berbicara. Jika terhirup, kuman penyebab TB akan masuk ke paru-paru dan berkembang biak.


Namun, jika seseorang memiliki sistem kekebalan tubuh yang kuat, bakteri tidak akan aktif dan menjadi TBC laten. Sebaliknya, ketika sistem kekebalan tubuh lemah, bakteri akan mudah berkembang biak dan membuat orang yang terinfeksi menderita TBC aktif. 


Waktu seseorang terinfeksi bakteri penyebab TBC hingga munculnya gejala berkisar 4–12 minggu. 


Baca juga: Waspada Kanker Paru pada Non-Perokok


Faktor Risiko TBC 

Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang terinfeksi bakteri penyebab TBC, yaitu:


  • Berada dekat dengan penderita TBC aktif, seperti tinggal serumah, satu ruangan di kantor, atau sering berinteraksi
  • Bepergian ke wilayah dengan kasus TBC tinggi
  • Tinggal di rumah atau ruangan dengan ventilasi yang buruk
  • Individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah, contohnya penderita HIV/AIDS, diabetes, kanker, dan malnutrisi, serta bayi, anak-anak, dan lansia
  • Kebiasaan merokok
  • Tinggal di lingkungan yang padat, kumuh, atau kotor


Perlu dipahami, TBC tidak menular melalui jabat tangan, makanan atau minuman, dan berbagi pakaian.   


Baca juga: Deteksi Kanker Paru Sedini Mungkin, sebelum Kondisinya Makin Parah


Kapan Harus ke Dokter?

Penyakit tuberkulosis (TBC) adalah kondisi yang tidak boleh disepelekan. Sebab, kondisi ini dapat menular dengan mudah dan berpotensi menyebabkan komplikasi yang membahayakan jiwa. Oleh sebab itu, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis paru & pernapasan jika Anda merasakan gejala TBC atau berisiko tinggi terkena TBC.


Anda harus segera mengunjungi dokter untuk memeriksakan kemungkinan tuberkulosis (TBC) jika mengalami gejala berikut ini:


  • Batuk berkepanjangan atau batuk berdarah
  • Demam yang tidak kunjung reda atau sering kambuh
  • Berkeringat berlebihan di malam hari tanpa alasan yang jelas
  • Penurunan berat badan secara signifikan tanpa diet atau olahraga
  • Nyeri dada, terutama saat bernapas atau batuk


Peluang untuk terkena TBC laten cenderung tinggi jika ada anggota keluarga atau orang terdekat yang terinfeksi penyakit ini. Jadi, bagi Anda yang memiliki riwayat kontak dengan seseorang yang terdiagnosis TBC atau memiliki faktor risiko lain, periksakanlah diri ke dokter meski tidak bergejala. Pasalnya, tidak semua penderita TBC menunjukkan gejala. 



Diagnosis TBC 

Diagnosis TBC dilakukan pada individu yang mengalami batuk tak kunjung sembuh, dan terjadi lebih dari 2 minggu, disertai dengan gejala lainnya, seperti batuk berdarah atau berat badan turun drastis. Berikut ini adalah beberapa metode yang digunakan untuk mendiagnosis TBC:


  • Tes Mantoux (tes tuberkulin) untuk mengetahui reaksi kulit terhadap protein dari bakteri penyebab TBC
  • Rontgen dada untuk melihat kondisi paru-paru dan memeriksa ada tidaknya kerusakan atau infeksi
  • Tes dahak untuk mendeteksi keberadaan bakteri TBC dalam dahak
  • Tes darah untuk mengukur respons sistem kekebalan tubuh terhadap keberadaan bakteri TBC
  • Tes cepat molekuler (TCM) untuk menegakkan diagnosis TBC


Pengobatan TBC

Tidak seperti batuk biasa, yang cukup diobati dengan obat sesuai jenis batuknya, batuk karena TBC perlu mengonsumsi obat antituberkulosis (OAT) secara teratur dan tuntas selama 6–8 bulan. Sebab jika tidak disiplin saat pengobatan TBC, bakteri bisa kebal atau resisten terhadap obat (TBC resisten) sehingga lebih sulit disembuhkan. 


Tahap Awal Pengobatan TBC

Pasien TBC biasanya mendapatkan 4 jenis obat dalam fase awal pengobatan atau yang juga dikenal dengan fase intensif, yaitu:


  • Rifampisin untuk membunuh bakteri aktif
  • Isoniazid untuk menghambat pertumbuhan bakteri
  • Pirazinamid untuk membunuh bakteri dalam lingkungan asam
  • Etambutol untuk mencegah resistensi obat


Pada tahap pengobatan TBC ini, jumlah bakteri dalam tubuh mulai berkurang dan gejala TBC pun makin membaik. 


Baca juga: TBC Tulang, Kenali Penyebab dan Gejalanya


Tahap Lanjutan Pengobatan TBC

Fase lanjutan merupakan tahap pengobatan TBC yang terakhir dan berlangsung selama 4 bulan. Pada tahap ini, pasien hanya perlu mengonsumsi 2 jenis obat, yaitu rifampisin dan isoniazid. Obat ini bisa dikonsumsi setiap hari atau 3 kali seminggu. 


Selama tahap pengobatan TBC, pasien harus minum obat sesuai jadwal tanpa terlewat. Meskipun sudah merasa sehat, pasien tidak boleh menghentikan konsumsi obat sama sekali dan harus diselesaikan hingga tuntas guna mencegah resistensi obat. Selama menjalani pengobatan, pasien TBC disarankan untuk menggunakan masker saat berinteraksi dengan orang lain agar tidak menularkan penyakitnya.


Selain mengonsumsi obat-obatan yang sudah diresepkan oleh dokter, pasien juga perlu menerapkan pola makan bergizi seimbang, mencukupi waktu istirahat, tidak merokok atau mengonsumsi minuman beralkohol, dan rutin berolahraga. Asupan nutrisi dan pola hidup sehat sangat penting peranannya dalam mendukung penyembuhan TBC yang maksimal. 


Baca juga: Apakah PPOK Menular? Ketahui Jawaban, Penanganan dan Pencegahan PPOK


Komplikasi TBC 

Jika terlambat ditangani atau tidak ditangani dengan tepat, bakteri bisa menyebar ke organ tubuh lainnya dan menyebabkan sejumlah komplikasi, berupa:


  • Gagal napas
  • Efusi pleura (penumpukan cairan di paru-paru)
  • Meningitis
  • TBC tulang
  • TB Milier
  • Perikarditis (radang selaput jantung)
  • Resistensi obat (jika pengobatan TBC tidak tuntas)


Baca juga: Waspada Pneumonia pada Anak: Kenali Gejala dan Penanganannya!


Pencegahan TBC

TBC merupakan penyakit yang bisa dicegah. Pencegahan TBC bisa dilakukan dengan beragam cara, seperti:


  • Melakukan vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin) untuk mencegah komplikasi TBC
  • Menggunakan masker saat berinteraksi dengan penderita TBC
  • Membuka jendela atau menjaga sirkulasi udara di rumah maupun tempat kerja tetap baik
  • Menutup mulut dan hidung dengan tisu atau siku bagian dalam saat batuk dan bersin, untuk mencegah penularan TBC
  • Mengonsumsi makanan bergizi seimbang
  • Menjalani olahraga secara rutin
  • Mencukupi waktu tidur
  • Menghindari konsumsi minuman beralkohol dan tidak merokok


Segera lakukan pemeriksaan ke dokter spesialis paru & pernapasan di RS Pondok Indah cabang terdekat, jika Anda merasakan gejala TBC atau berisiko tinggi terkena TBC. Pasalnya, tidak semua TBC bergejala.


Jadi, apabila dalam keluarga atau kantor ada yang terkena TBC, langsung lakukan skrining untuk mengetahui apakah ada orang lain yang terinfeksi. Makin cepat dideteksi dan ditangani, makin besar pula kemungkinan Anda dan orang-orang tersayang untuk sembuh dari TBC.  


Baca juga: Mengapa Vaksin Pneumonia Penting Bagi Anak dan Orang Dewasa?



FAQ


Apa Penyebab Awal TBC?

Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang penularannya terjadi melalui droplet ketika seseorang yang menderita TBC batuk, bersin, atau berbicara. Jika orang lain menghirup droplet ini, mereka dapat terinfeksi TBC juga.


Apa Gejala Awal Tertular TBC?

Gejala awal tertular TBC sering kali tidak spesifik dan mirip dengan penyakit pernapasan lainnya. Gejala yang paling umum muncul adalah nyeri dada saat bernapas atau batuk, batuk yang berlangsung lebih dari dua minggu, dan batuk berdarah. Penderita juga mungkin mengalami penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, kelelahan, keringat malam, dan demam ringan.


Namun, pada beberapa kasus, infeksi TBC dapat bersifat laten, di mana bakteri ada di dalam tubuh tetapi tidak menimbulkan gejala. Namun, jika tidak diobati, infeksi laten dapat berkembang menjadi TB aktif dan menular.


Apa Pantangan dari Penyakit TBC?

Pantangan dari penyakit TBC mencakup:


  • Merokok dan mengonsumsi alkohol
  • Kontak dekat dengan orang-orang yang memiliki sistem imun lemah, seperti anak-anak, orang tua, dan penderita penyakit kronis
  • Mengonsumsi makanan yang tidak sehat atau mengandung banyak gula dan lemak jenuh


Penderita juga disarankan untuk mengonsumsi obat sesuai dengan arahan dokter, meskipun sudah merasa lebih baik, agar kuman penyebab TB tidak resisten terhadap pengobatan.


Referensi:

  1. Vasiliu A, Martinez L, et al,. Tuberculosis prevention: current strategies and future directions. Clinical Microbiology and Infection. 2024. (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/37918510/). Diakses pada 16 Maret 2025. 
  2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menkes Tegaskan Indonesia Serius Tangani TBC. (https://kemkes.go.id/id/menkes-tegaskan-indonesia-serius-tangani-tbc). Direvisi terakhir 12 November 2024. Diakses pada 16 Maret 2025. 
  3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. (https://pulmo-ua.com/wp-content/uploads/2021/11/Kemenkes-TB-2020-Buku-PNPK.pdf). Direvisi terakhir 2020. Diakses pada 16 Maret 2025. 
  4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia TB Indonesia. Ciri-Ciri Batuk TBC: Kenali Gejala dan Penanganannya Sejak Dini. (https://www.tbindonesia.or.id/ciri-ciri-batuk-tbc-kenali-gejala-dan-penanganannya-sejak-dini/). Direvisi terakhir 30 Juli 2024. Diakses pada 16 Maret 2025. 
  5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia TB Indonesia. Panduan Lengkap Pengobatan Tuberkulosis: Cara Efektif Mengatasi TBC. (https://www.tbindonesia.or.id/panduan-lengkap-pengobatan-tuberkulosis-cara-efektif-mengatasi-tbc/). Direvisi terakhir 30 Juli 2024. Diakses pada 16 Maret 2025. 
  6. Cleveland Clinic. Tuberculosis. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/11301-tuberculosis). Direvisi terakhir 17 Februari 2025. Diakses pada 16 Maret 2025. 
  7. Mayo Clinic. Tuberculosis. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/tuberculosis/symptoms-causes/syc-20351250). Direvisi terakhir 7 Maret 2025. Diakses pada 16 Maret 2025.