Khitan adalah prosedur medis pemotongan kulit kulup yang menutupi ujung penis, biasanya dilakukan pada laki-laki sebagai tradisi atau alasan kesehatan.
Khitan, sunat, atau sirkumsisi pada dasarnya adalah pemotongan sebagian dari preputium (kulit yang menutupi penis) sehingga keseluruhan glans penis menjadi terlihat. Tindakan ini biasa dilakukan pada usia anak-anak menjelang akil balig pada umat Islam. Namun, kini, tak jarang juga orangtua yang mengajak anak laki-lakinya untuk dikhitan sejak usia balita, meskipun tanpa adanya indikasi medis.
Sebagian besar operasi khitan dilakukan bukan berdasarkan alasan medis, tapi lebih ke arah keagamaan, adat istiadat, dan budaya. Namun, sebagian lagi dilakukan akibat adanya indikasi medis, di antaranya dilatarbelakangi oleh:
Khitan dapat menurunkan risiko terjadinya infeksi pada saluran kemih, serta menjaga agar balanitis dan balanopostitis tidak terjadi. Khitan juga dapat mencegah terjadinya fimosis dan paraphimosis, yaitu ketika kulup tidak bisa ditarik kembali dan terjebak di sekitar ujung penis.
Terdapat dua cara tindakan operasi bedah khitan yang biasa dilakukan:
Teknik khitan konvensional dilakukan dengan menggunakan alat bedah tradisional seperti pisau bedah atau gunting untuk memotong kulit kulup yang menutupi kepala penis. Prosedur ini biasanya dilakukan oleh dokter atau tenaga medis terlatih dengan menggunakan anestesi lokal untuk mengurangi rasa sakit.
Setelah pemotongan, kulit yang dipotong dijahit untuk menutup luka. Metode ini memerlukan perawatan pasca-operasi untuk mencegah infeksi, dan waktu penyembuhannya bisa memakan waktu beberapa minggu. Meskipun efektif, teknik ini memiliki risiko perdarahan dan infeksi yang lebih tinggi dibandingkan metode modern.
Smart clamp adalah teknik khitan modern yang menggunakan alat khusus berupa cincin plastik yang menjepit kulit kulup sebelum dipotong. Alat ini bekerja dengan cara mengunci dan menahan kulit kulup, sehingga mengurangi risiko perdarahan dan mempercepat proses pemotongan.
Kulit yang terjepit akan mati rasa dan mengering, dan cincin tersebut akan terlepas secara alami setelah beberapa hari, biasanya dalam 5-7 hari. Metode smart clamp umumnya lebih cepat dan memiliki waktu penyembuhan yang lebih singkat serta risiko komplikasi yang lebih rendah dibandingkan dengan metode konvensional.
Sebelum melakukan tindakan khitan, anak biasanya diberikan anestesi lokal. Sedangkan pada khitan bayi dan balita, biasanya dilakukan anestesi umum, supaya memudahkan dokter untuk melakukan tindakan.
Meski tergolong tindakan yang tidak terlalu sulit, operasi khitan masih dapat memiliki risiko komplikasi sebagai berikut
Sangat jarang terjadi (kurang dari lima persen). Jika terjadi, pemberian antibiotika oral dan mandi teratur dapat mengurangi infeksi tersebut.
Jika terjadi perdarahan ringan di sela-sela jahitan khitan dan tidak sampai mengalir, atau perdarahan yang terjadi saat anak ereksi di pagi hari pada satu sampai dua hari pertama setelah tindakan, maka perdarahan tersebut masih dianggap normal.
Cukup dikeringkan dan dioles salep antibiotika topikal untuk membantu proses penyembuhan dan mencegah infeksi perdarahan tersebut. Namun, apabila setelah khitan ditemukan perdarahan yang tidak wajar dengan jumlah banyak, serta mengalir tidak berhenti setelah ditekan dengan kain kassa, segera konsultasikan dengan dokter.
Yaitu penyempitan atau perlekatan pada muara saluran berkemih. Keadaan tersebut dapat terjadi pada 11 persen kasus pasien khitan. Pada bayi, hal tersebut berhubungan dengan dermatitis yang disebabkan karena kontak dengan popok sekali pakai (diapers), sedangkan pada anak yang lebih besar hal ini berhubungan dengan balanitis xerotica obliterans (BXO).
Sebelum mengajak buah hati Anda untuk khitan, jangan lupa berkonsultasi dahulu ke dokter spesialis anak Anda, ya.
Jika anak laki-laki tidak dikhitan, risiko infeksi saluran kemih, radang pada ujung penis, dan kebersihan yang sulit terjaga meningkat. Selain itu, dikhitan juga dapat mengurangi risiko penyakit menular tertentu.
Metode sunat yang populer dan nyaman adalah metode klem atau laser. Klem lebih minim perdarahan, sedangkan laser cepat dan penyembuhannya relatif cepat. Pilih metode yang sesuai dengan anjuran dokter untuk hasil terbaik.
Risiko setelah sunat termasuk perdarahan ringan, bengkak, nyeri, dan infeksi jika perawatan tidak optimal. Meski jarang, komplikasi serius bisa terjadi.