Mengenal Kanker Ovarium, dari Penyebab Hingga Penanganannya

By Tim RS Pondok Indah

Tuesday, 01 October 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Kanker ovarium adalah pertumbuhan sel abnormal yang bermula dari indung telur. Kanker ovarium merupakan kanker tersering ke-3 yang dialami wanita Indonesia.

Mengenal Kanker Ovarium, dari Penyebab Hingga Penanganannya

Ovarium atau indung telur adalah sepasang organ reproduksi wanita yang terletak masing-masing di kiri dan kanan rahim. Organ yang berukuran sebesar kacang walnut ini berfungsi menghasilkan dan mematangkan sel telur selama wanita berada di usia produktifnya, serta menghasilkan hormon progesteron dan estrogen.


Gangguan pada ovarium, termasuk kanker ovarium, dapat memengaruhi kesuburan, bahkan memiliki kemungkinan sembuh yang rendah jika telat dikenali dan ditangani.


Apa itu Kanker Ovarium?

Kanker ovarium adalah kondisi medis di mana terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel abnormal yang bermula dari indung telur (ovarium). Sayangnya gejala kanker ovarium seringkali sulit dibedakan dengan kondisi medis lain. Padahal pengenalan sedini mungkin untuk memberikan penanganan segera, sangat penting dalam keberhasilan pengobatan kanker ovarium.


Baca juga: Apakah Kanker Serviks Bisa Disembuhkan?



Gejala Kanker Ovarium

Kanker ovarium stadium awal jarang menunjukkan gejala. Saat menimbulkan keluhan, gejala kanker ovarium pun tidak spesifik dan menyerupai penyakit lain. Beberapa gejala kanker ovarium yang paling sering dikeluhkan pasien, antara lain:


  • Gangguan siklus menstruasi
  • Perdarahan vagina di luar periode menstruasi
  • Nyeri saat berhubungan seksual
  • Sakit perut
  • Kembung
  • Mual
  • Cepat kenyang meski hanya makan sedikit
  • Konstipasi atau sembelit
  • Perut membuncit
  • Nyeri punggung bawah
  • Sering buang air kecil
  • Penurunan berat badan yang tidak direncanakan


Mengingat gejalanya sulit dibedakan dengan kondisi medis lain, Anda sebaiknya memeriksakan diri ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan jika mengalami keluhan yang menyerupai gejala kanker ovarium, terutama yang sudah terjadi selama 2 minggu atau lebih. Agar penanganan yang sesuai bisa diberikan dan keluhan Anda lebih cepat teratasi.


Baca juga: ThinPrep, Deteksi Dini Kanker Serviks Lebih Akurat


Penyebab Kanker Ovarium

Penyebab kanker ovarium adalah mutasi DNA sel-sel ovarium. Namum, kondisi yang memicu perubahan sel ini belum diketahui dengan pasti hingga saat ini.


Yang jelas, pertumbuhan sel abnormal ini akan menyebabkan sel-sel ovarium tumbuh dan berkembang terlalu cepat, sehingga membentuk masa (tumor) yang bersifat ganas, atau kanker.


Faktor Risiko Kanker Ovarium

Meski belum diketahui kondisi yang menyebabkan mutasi sel ovarium, ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini. Beberapa faktor risiko kanker ovarium yang dimaksud adalah sebagai berikut ini:


  • Memiliki kebiasaan merokok
  • Mengalami kelebihan berat badan, bahkan obesitas
  • Menjalani terapi penggantian hormon saat menopause
  • Pernah menjalani terapi radiasi
  • Berusia lebih dari 50 tahun
  • Memiliki anggota keluarga dengan riwayat kanker ovarium maupun kanker payudara, atau memiliki gen BCRA1, BCRA2, BRIP1, RAD51C dan RAD51D, serta mengalami sindrom Lynch
  • Mengalami endometriosis
  • Mengalami menarche (mens pertama) di usia yang sangat muda, mengalami menopause pada usia yang sangat tua, atau keduanya
  • Tidak pernah hamil


Baca juga: Nyeri Kanker, Ketahui Penyebab dan Penanganannya!



Jenis Kanker Ovarium

Jenis kanker ovarium akan membedakan penanganan yang diberikan oleh dokter. Berdasarkan sel asal pertumbuhannya, jenis kanker ovarium bisa dibedakan menjadi:


  • Kanker ovarium epitel, yang berasal dari sel pelapis bagian luar ovarium. Jenis kanker ovarium yang paling sering terjadi ini terdiri dari 2 jenis, yakni karsinoma serosa dan karsinoma musin.
  • Tumor stroma, yang berasal dari lapisan pembuat hormon wanita dan termasuk jarang terjadi. Namun, ketika terjadi, umumnya jenis kanker ovarium ini terdeteksi pada stadium awal.
  • Tumor sel germinal, berasal dari bagian yang bertugas memproduksi sel telur. Kondisi ini lebih banyak dialami oleh pasien dewasa muda.


Diagnosis Kanker Ovarium

Sebelum memberikan penanganan yang sesuai, dokter spesialis kebidanan dan kandungan akan terlebih dahulu memeriksa untuk memastikan bahwa kondisi yang dialami pasien adalah benar karena kanker ovarium. Proses diagnosis juga sekaligus menentukan jenis kanker ovarium, beserta stadiumnya.


Sebagai langkah awal, dokter akan melakukan anamnesis atau proses tanya jawab medis. Pada proses ini, dokter akan mengumpulkan informasi medis tentang keluhan atau gejala. Selain itu, dokter juga akan menggali informasi medis terkait faktor risiko maupun kondisi kesehatan pasien secara umum.


Dokter kemudian akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mendiagnosis kanker ovarium, melalui pemeriksaan panggul maupun sekitar organ intim. Lalu, kedua hasil pemeriksaan akan dipastikan dengan pemeriksaan penunjang kanker ovarium, baik dengan melakukan USG, CT-Scan, MRI, PET-Scan, tes darah untuk memeriksaan tumor marker CA-125, maupun biopsi dari sampel jaringan ovarium yang diperiksa di laboratorium.


Baca juga: Apakah Kanker Bisa Sembuh? Jangan Khawatir, Kanker Bisa Diobati


Penanganan Kanker Ovarium

Pengobatan kanker ovarium akan dilakukan dengan mempertimbangkan keluhan, keparahan, kesehatan pasien, serta rencana untuk memiliki momongan. Berikut ini adalah beberapa metode penanganan kanker ovarium yang biasa dilakukan:


1. Operasi

Dokter akan melakukan operasi untuk mengangkat salah satu atau kedua ovarium, rahim, maupun jaringan di mana sel kanker tumbuh. Operasi pengangkatan ovarium sebagai langkah pencegahan pada pasien dengan risiko tinggi terkena kanker ovarium dapat dilakukan jika tidak berencana memiliki keturunan lagi.


2. Kemoterapi

Pemberian obat untuk membunuh sel kanker juga bisa dilakukan, baik sebelum maupun setelah operasi, dengan cara disuntikkan melalui infus maupun diminum.


3. Terapi target

Terapi target untuk membunuh sel kanker ovarium dilakukan dengan pemberian obat yang khusus membuat tubuh mengenali, kemudian menyerang sel kanker, sehingga sel abnormal tersebut tidak dapat membelah diri dan berkembang lebih lanjut hingga akhirnya mati.


4. Terapi hormon

Metode penanganan kanker ovarium ini dilakukan dengan menghambat produksi hormon yang diperlukan oleh sel kanker untuk bertumbuh dan berkembang. Sehingga dapat mengurangi risiko perkembangan sel kanker ovarium, bahkan membunuhnya.


5. Radioterapi

Dilakukan dengan menembakkan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker. Pada stadium awal, terapi radiasi dilakukan sebelum operasi, untuk mengecilkan ukuran sel kanker. Sedangkan pada stadium lanjut, penanganan kanker ovarium ini dilakukan ketika kanker telah menyebar.


Dokter bisa saja menggabungkan beberapa metode penanganan kanker ovarium, sesuai dengan gejala penyakit yang dikeluhkan, untuk mengoptimalkan pengobatan.


Baca juga: Kanker Teratasi, Aktivitas Tak Terbatasi


Komplikasi Kanker Ovarium

Dengan penanganan yang tepat sedini mungkin, kanker ovarium sangat mungkin disembuhkan. Namun, tanpa penanganan dan pada stadium lanjut, bisa saja terjadi komplikasi kanker ovarium, berupa:


  • Usus bocor (perforasi)
  • Penumpukan cairan pada selaput pembungkus paru (efusi pleura)
  • Penyumbatan saluran kencing
  • Penyumbatan saluran cerna


Baca juga: Menstruasi Tak Teratur, Hati-hati PCOS



FAQ


Apa Perbedaan Kanker Ovarium dan Kanker Serviks?

Perbedaan kanker ovarium dan kanker serviks terletak pada organ yang terdampak. Kanker ovarium terjadi di ovarium atau indung telur. Sementara, kanker serviks berkembang di leher rahim dan biasanya terkait infeksi HPV.


Apakah Kanker Ovarium Genetik?

Ya, kanker ovarium bisa bersifat genetik, tetapi faktor ini bukanlah satu-satunya penyebab. Sekitar 10-15% kasus kanker ovarium disebabkan oleh mutasi genetik, terutama pada gen BRCA1 dan BRCA2. Jika ada riwayat keluarga dengan kanker ovarium, risiko terkena kondisi ini pun akan meningkat.


Bagaimana Cara Mendeteksi Kanker Ovarium?

Kanker ovarium bisa dideteksi melalui USG, CT-scan, dan kadar CA-125 dalam darah. Selain itu, penderita kanker ovarium juga bisa dideteksi dari gejalanya, seperti perut kembung, nyeri panggul, dan penurunan nafsu makan.


Bagaimana Menghindari Kanker Ovarium?

Kunci utama pencegahan kanker ovarium adalah menjalani gaya hidup sehat. Menerapkan pola makan yang sehat, jaga berat bada ideal, hindari merokok, dan olahraga secara rutin. Selain itu, lakukan pemeriksaan medis secara rutin, terutama jika memiliki riwayat keluarga dengan kanker ovarium atau kanker payudara.


Diagnosis dan penanganan awal kanker ovarium dapat meningkatkan peluang keberhasilan pengobatan. Oleh karena itu, Anda sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan ketika mengalami keluhan penyakit yang menyerupai gejala kanker ovarium. RS Pondok Indah juga menyediakan layanan medis yang komprehensif untuk mendeteksi maupun mengatasi kanker ovarium.



Referensi:

  1. Horackova K, Janatova M, et al,. Early-onset ovarian cancer< 30 years: what do we know about its genetic predisposition?. International Journal of Molecular Sciences. 2023. (https://www.mdpi.com/1422-0067/24/23/17020). Diakses pada 24 September 2024.
  2. Ma H, Tian T, et al,. Targeting ovarian cancer stem cells: a new way out. Stem Cell Research & Therapy. 2023. (https://link.springer.com/article/10.1186/S13287-023-03244-4). Diakses pada 24 September 2024.
  3. Matsas A, Stefanoudakis D, et al,. Tumor markers and their diagnostic significance in ovarian cancer. Life. 2023. (https://www.mdpi.com/2075-1729/13/8/1689). Diakses pada 24 September 2024.
  4. Centers for Disease Control and Prevention. Symptoms of Ovarian Cancer. (https://www.cdc.gov/ovarian-cancer/symptoms/index.html). Direvisi terakhir 9 September 2024. Diakses pada 24 September 2024. 
  5. National Cancer Institute. Ovarian Epithelial, Fallopian Tube, and Primary Peritoneal Cancer Treatment (PDQ®)–Patient Version. (https://www.cancer.gov/types/ovarian/patient/ovarian-epithelial-treatment-pdq). Direvisi terakhir 23 Agustus 2024. Diakses pada 24 September 2024. 
  6. The American Cancer Society. Ovarian Cancer Risk Factors. (https://www.cancer.org/cancer/types/ovarian-cancer/causes-risks-prevention/risk-factors.html). Direvisi terakhir 16 Februari 2021. Diakses pada 24 September 2024. 
  7. Cleveland Clinic. Ovarian Cancer. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/4447-ovarian-cancer#overview). Direvisi terakhir 14 November 2022. Diakses pada 24 September 2024. 
  8. Mayo Clinic. Ovarian cancer. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ovarian-cancer/symptoms-causes/syc-20375941). Direvisi terakhir 9 Mei 2023. Diakses pada 24 September 2024.