Gunakan antiseptik pada anak hanya untuk luka kecil, hindari area luas. Pilih yang lembut dan bebas alkohol.
Ada dua istilah antikuman yang umum digunakan, yaitu antiseptik dan disinfektan. Keduanya merupakan bahan yang luas digunakan untuk mengontrol infeksi akibat kontaminasi mikroorganisme, karena mengandung bahan pembunuh kuman yang disebut biosida. Apa bedanya?
Antiseptik digunakan untuk aplikasi pada kulit, sedangkan disinfektan digunakan pada permukaan benda mati, seperti lantai, meja, gagang pintu, dan lain-lain. Disinfektan menggunakan bahan aktif yang lebih kuat dibandingkan dengan antiseptik. Karenanya, ketelitian saat memilih produk sangat penting agar tidak mengganggu kesehatan si kecil.
Beberapa contoh bahan kimia yang sering digunakan sebagai antiseptik adalah:
Semua bahan di atas aman digunakan sebagai antiseptik topikal (diaplikasikan pada permukaan kulit) sesuai petunjuk penggunaannya.
Ada dua macam antiseptik yang tersedia di pasaran, yaitu sanitizer tanpa bilas dan sabun. Sanitizer tanpa bilas dapat berupa tisu basah, bentuk cair, foam, maupun gel yang umum dipasarkan sebagai “hand sanitizer”.
Cara penggunaannya yang tanpa dibilas membuat bahan kimia tersebut menetap di kulit sehingga penggunaannya pada anak-anak harus disupervisi oleh orang dewasa.
Berdasarkan jenis bahan aktifnya, hand sanitizer dibagi dua, yakni yang berbasis alkohol, dan yang tidak berbasis alkohol. Dari beberapa jenis turunan alkohol, yang tergolong aman adalah ethanol dan isopropyl alcohol.
Kandungan jenis alkohol tersebut di atas 60 persen dianggap memadai oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk berfungsi sebagai antikuman. Sedangkan golongan non-alkohol yang banyak dijumpai, yaitu yang mengandung benzalkonium klorida, dapat menjadi pilihan kedua setelah golongan berbasis alkohol.
Bentuk sabun (penggunaan dengan bilas) yang umum dikenali sebagai sabun antikuman banyak didapatkan dalam bentuk sabun cuci tangan dan sabun pembersih tubuh. Komponennya meliputi bahan antikuman yang ditambahkan ke dalam komposisi surfaktan atau detergen, sehingga memiliki keunggulan dapat membersihkan kotoran yang lekat dengan membilasnya. Hal ini tidak bisa didapatkan dari penggunaan hand sanitizer tanpa bilas.
Dengan mekanisme merusak/melarutkan dinding sel kuman, baik hand sanitizer tanpa bilas maupun sabun diakui dapat mengurangi perkembangbiakan kuman yang kelak dapat mencegah timbulnya infeksi. Food and Drug Administration (FDA) mendukung rekomendasi Center of Disease Control (CDC) untuk menggunakan sabun biasa dengan air, sedangkan hand sanitizer digunakan hanya ketika sabun dan air tidak tersedia.
Penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara efektivitas sabun biasa dan sabun antikuman dalam hal pencegahan infeksi, karena keduanya sama-sama memiliki komponen detergen yang dapat merusak dinding sel kuman.
Namun, penambahan bahan antikuman seringkali menimbulkan keluhan iritasi pada beberapa jenis kulit, sehingga penggunaannya secara luas harus lebih berhati-hati.
Bayi dan anak-anak memiliki kulit yang lebih halus dan lembut dibandingkan orang dewasa. Lapisan terluar dari kulitnya (stratum korneum) lebih tipis. Kemampuannya menyerap air tidak sebaik kulit orang dewasa.
Natural moisturizing factor dan lapisan mantel lipid pun juga tidak sebanyak/sekuat kulit dewasa yang telah berkembang baik. Perbedaan ini membuat kulit anak dan bayi lebih sensitif terhadap iritasi dan peradangan.
Akibatnya, kulit mereka juga lebih rentan terhadap bahan kimia yang melekat di kulitnya. Hal yang sama berlaku pada saluran pernapasan mereka, yang mukosanya lebih sensitif terhadap bahan yang dapat terhirup.
Bahan antiseptik dapat bersifat toksik jika tertelan dan terhirup, serta bersifat iritatif jika digunakan berlebihan dan mengenai area kulit yang tidak sehat. Penyimpanannya pun harus jauh dari jangkauan anak-anak.
Bahan kimia yang terkandung dalam antiseptik bisa berbahaya jika tidak digunakan sesuai ketentuan keamanannya. Kombinasi beberapa macam bahan yang digabungkan dapat bersifat toksik, mudah terbakar/meledak, dan dapat meningkatkan risiko kanker jika digunakan terlalu sering dalam jangka waktu lama.
Gejala atau efek samping yang dapat terjadi jika bahan antiseptik tertelan atau terhirup oleh si kecil di antaranya:
Penggunaan antiseptik secara aman dan rasional dapat menghindari efek samping yang tidak diinginkan. Pastikan Anda memahami panduan penggunaan antiseptik yang benar, sebagai berikut:
Mari budayakan penggunakan antiseptik yang seperlunya untuk si kecil. Sebisa mungkin, gunakan antiseptik pembersih kulit berjenis sabun apabila sedang berada di rumah saja, dan hanya menggunakan hand sanitizer tanpa bilas atau sabun antiseptik jika ada risiko kontaminasi bakteri dan virus dari luar.
Jangan lupa untuk terapkan gaya hidup baru, yaitu imbangi rajin mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer (jika tidak ada air mengalir) dengan rajin pula menggunakan pelembap kulit.
Hal ini agar terhindar dari bahaya virus maupun bakteri pada si kecil, tetapi kulit senantiasa tetap sehat dan lembut terhindar dari efek samping iritasi.
Antiseptik kurang disarankan untuk bayi karena kulit bayi sangat sensitif. Penggunaan antiseptik bisa menyebabkan iritasi atau alergi. Lebih baik gunakan air hangat dan sabun bayi yang lembut untuk membersihkan luka kecil.
Sering menggunakan sabun antiseptik pada anak bisa mengiritasi kulit, membunuh bakteri baik, dan membuat kulit kering. Kulit anak lebih sensitif, jadi sebaiknya gunakan sabun lembut yang aman untuk kulit mereka.
Antiseptik yang mengandung alkohol, triclosan, atau benzalkonium chloride tidak direkomendasikan untuk anak di bawah usia 2 tahun karena dapat menyebabkan iritasi dan kulit kering. Gunakan pembersih lembut tanpa bahan kimia keras.